Pages

Ads 468x60px

SELAMAT DATANG DI BLOG YANG PENUH DENGAN BERITA TENTANG TAWURAN SEMOGA BERNAFAAT BAGI SAHABAT SEMUA

Jumat, 02 November 2012

Tawuran Pelajar JAKARTA

Senjata-senjata yang ditemukan dalam razia pelajar yang tawuran  [antara] Senjata-senjata yang ditemukan dalam razia pelajar yang tawuran [antara]














[JAKARTA]  Sejumlah orangtua murid mencemaskan anaknya pergi ke sekolah pasca-maraknya tawuran antarpelajar di Jakarta. Kondisi ini dinilai tidak lazim karena dalam kurun waktu tiga hari ini dua pelajar tewas terkena clurit dan seorang lainnya kritis. Orangtua meminta aparat keamanan dan stage holder pendidikan seperti Dinas   Pendidikan dan pihak sekolah menjamin keselamatan anak-anak mereka. Bila kejadian serupa terus berulang bukan tidak mungkin anak-anak trauma pergi ke sekolah.



“Kalau berangkat ke sekolah saja sudah takut bagaimana anak-anak bisa konsentrasi belajar. Saya takut anak-anak menjadi korban kebrutalan pelajar lain yang terbiasa tawuran. Anak saya enggak tahu apa-apa,” ucap Ny Linda (52), salah seorang orangtua murid di SMA Negeri 64, Cipayung, Jakarta Timur, kepada SP, Kamis (27/9).  

Ny Linda yang bekerja sebagai ibu rumah tangga itu mengaku was-was akan keadaan anak semata wayangnya di sekolah. Setiap pagi anaknya harus naik angkutan umum dari rumahnya menuju sekolah.  

Di perjalanan, sambung dia, bisa saja ketemu dengan anak-anak berandalan dari sekolah lain yang menjadikan anaknya jadi sasaran. “Anak saya kan orang baik. Masa saya harus ketakutan menunggu anak saya pulang?” katanya.  

Hal senada juga diutarakan orang tua lainnya Syaiful Mirza (47). Anak Syaiful yang kini duduk di kelas X SMA Negeri 62, Ciracas, Jakarta Timur itu malah ketakutan pergi ke sekolah. 

 “Enggak tahu nih. Anak-anak jadi takut ke sekolah. Jadi, harus pagi-pagi antar ke sekolah. Repot juga jadinya tapi mau gimana lagi,” tutur bapak yang bekerja di salah satu kantor perusahaan asing di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan itu.  

Syaiful mengaku sangat khawatir dengan kondisi maraknya tawuran belakangan ini. Yang sangat memprihatinkan, anak-anak sekolah semakin brutal melukai bahkan membunuh sesama pelajar.   Ditanya mengenai tindakan apa seharusnya yang harus dilakukan pihak sekolah dan polisi, Syaiful dengan tegas menyatakan, para tersangka pembunuh harus dihukum berat.

Sekalipun masih anak sekolah bila sudah membunuh dengan membawa senjata tajam berarti sudah ada perencanaan jauh-jauh hari.   “Pelaku harus dihukum berat. Polisi juga harus mengamankan para pelajar yang kerap tawuran di jalanan. Kalau ke sekolah saja sudah tidak aman, gimana ke tempat lain. Saya kira bukan hanya saya orangtua terutama yang anaknya laki-laki yang khawatir dengan kondisi sekarang,” tandasnya.  

Pada Senin lalu, tragedi tawuran merenggut nyawa seorang siswa SMA Negeri 6 Jakarta. Alawy Yusianto Putra (15). Alawy tewas mengenaskan dicelurit saat tawuran pelajar di kawasan Bulungan, Jakarta Selatan.  

Selang beberapa hari pelajar bernama Deni Januar (17) siswa SMA Yayasan Karya 66 Kampungmelayu, Jakarta Timur menjadi korban berikutnya. Kejadian memilukan ini terjadi di Jl Dr Saharjo, Mentengatas, Setiabudi, sekitar pukul 13.00 WIB kemarin.

Menurut informasi yang dihimpun SP, pada Rabu siang segerombolan siswa tampak berlarian saling kejar-kejaran dari arah Pancoran.   "Jumlahnya banyak, ada sekitar 15 anak yang dikejar-kejar musuhnya dari SMK KZ (Kartika Zeni) Matraman. Yang mengejar membawa senjata tajam," ujar Ipung , salah seorang saksi mata, di dekat lokasi kejadian.  

Ipung  mengatakan, saat itu, korban tertinggal teman-temannya yang lari lebih dulu menuju Jl Minangkabau. Sehingga siswa SMK KZ bisa mengejarnya dan membacok menggunakan senjata tajam.  

Korban yang terkena sabetan senjata tajam langsung terkapar tepat di depan studio foto Jl DR Saharjo No 90. Namun saat itu, sambungnya, korban masih bisa berlari sekitar 20 meter sambil memegang lukanya yang menganga.  

Di hari yang sama kemarin, tawuran juga terjadi di kawasan Halim Perdanakusuma. Susilo (15), siswa SMK Mardhika luka parah setelah disabet celurit oleh pelajar lain yang belum diketahui identitasnya. Korban yang masih duduk di kelas 1 jurusan Administrasi ini saat ini masih menjalani perawatan intensif di RS UKI, Jakarta Timur.[H-14]

1 komentar: