kalau
melihat sejarah pendidikan di indonesia seharusnya para pemaku kepentingan
pengadaan pendidikan di negeri ini “malu” dengan berbagai dalih mereka
menyatakan system pendidikan sudah tepat, sudah berjalan baik, tetapi
benar-benar mereka tidak mau untuk berkaca, karena sesunguhnya dari sejarahlah
kita bisa berkaca dengan baik untuk dapat merevitalisasi sektor-sektor
pendidikan kita supaya semakin baik-dan semakin baik sehingga tidak akan
terulang lagi kesalahan di masa lalu di masa mendatang.
sejarah
tawuran pelajar sebenarnya sudah di ukir dari puluhan tahun ke belakang, bukan
sebuah hal baru, hal ini justru menjadi sebuah pertanda ada yang salah dengan
sistem pendidikan kita, jika para pemangku kepentingan pendidikan merasa system
pendidikan sudah benar dan teratur kenapa kejadian tawuran terus berulang ?,
apakah bijak jika kita menyalahkan para pelajar ?, bagi saya pelajar adalah
pelajar mereka itu “belajar” dan justru tawuran adalah bagian dari cara mereka
belajar dalam hal “bersosial” bukannya saya membenarkan apa yang mereka lakukan
tetapi itu adalah sebuah kenyataan pahit yang harus kita akui bahwasannya
berarti ada kegagalan dalam sistem pendidikan kita untuk mengatur bagaimana
cara para pelajar ini bersosialisasi di tengah masyarkat.
solusi
permasalahan ini haruslah bisa di lihat dari berbagai macam segi dan struktur
kemasyarakatan sehingga bisa membuahkan sebuah solusi yang bisa berdampak
jangka panjang bukan jangka pendek semata, penerapan sanksi hukum bagi para
pelajar hanya akan menimbulkan efek jangka pendek saja
akar
dari permasalahan harus bisa di temukan misal, banyak dari kalangan pelajar
pelaku tawuran berpendapat bahwasanya mereka “tawuran ” merupakan ajang
beladiri dari serangan lawannya, pilihannya natara mereka yang mati atau lawan
mereka yang mati. jika melihat dari alasan hal ini tentu saja berarti perilaku
sosial kemasyarakatan mereka yang terganggu, ataupun supremasi hukum yang macet
dimana pelajar merasa para penegak hukum tidak mampu memberikan solusi hak-hak
keamanan mereka, seharusnya hal seperti ini bisa di atasi dengan mendorong
pelajar lebih banyak berinteraksi dengan komponen-komponen sosial yang
ada di masyarakat, baik itu warga masyarakat, polisi atau aparat negara, dan komponen
msyarakat lainnya.
sebagai
contoh solusi pembelajaran interaksi pelajar dengan komponen masyarakat adalah
lupakan study tour ketempat-tempat wisata yang menghabiskan banyak biaya,
seharusnya proses study tour bisa di kondisikan seperti mengunjungi sentra
kepolisian, kegiatan kemasyarakatan, jangan-jangan para pelajar tawuran karena
mereka tidak tahu dan tidak berani melapor kepada pihak penegak hukum jika
terjadi pelanggaran hak-hak pelajarnya oleh pihak lain atau oleh pelajar
lainnya. dengan begitu study tour bisa lebih memberikan efek-efek pembelajaraan
postif di dalam membantu para pelajar pelaku tawuran tady untuk dapat menemukan
solusi dari setiap permasalahan bersosial yang mereka temui.
ingat
belajar itu bukan hanya matematika,fisika,biologi, dan teori lainnya, tetapi
bagaimana berkecimpung dan berinteraksi di masyarakat merupakan juga salah satu
pembelajaran penting yang harus di miliki para pelajar, karena pada hakikatnya
kemampuan bersosialisasi di masyarakat inilah yang akan membantu mereka memprojeksikan
masa depannya ketika bersinggungan dengan dunia kerja nantinya, dengan begitu
kita bisa membuat sebuah sistem kependidikan yang lebih baik dan menghasilkan
generasi muda yang lebih baik pula.
Posted in Singkong
goreng
0 komentar:
Posting Komentar